RESENSI NOVEL “ DANUR “
Buku : Danur
Karya : Risa Saraswati
Penerbit : Bukune
Halaman : 216 halaman
Harga : Rp. 30.000,-
“ Jangan heran jika
mendapatiku sedang berbicara sendirian atau tertawa tanpa seorangpun telihat
sedang bersamaku. Saat itu, mungkin saja aku sedang bersama salah satu dari
lima sahabatku.
Kalian mungkin tak
melihatnya… wajar. Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut… hantu. Ya,
mereka adalah hantu, jiwa – jiwa yang penasaran atas kehidupan yang dianggap
mereka tidak adil.
Kelebihanku dapat
melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukanku.kelebihan ini membawaku ke
dalam persahabatan unik dengan lima anak hantu belanda. Hari – hariku dilewati
dengan canda tawa peter, pertengkaran hans dan hendrick—dua sahabat yang sering
berkelahi—alunan lirih biola William, dan tak lupa: rengekan si Bungsu Jahnsen.
Jauh dari kehidupan
“normal” adalah harga yang harus dibayar atas kebahagiaanku bersama mereka. Dan
semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu
kebersamaan selamanya. Aku tak bisa member itu. Aku mulai menyadari bahwa
hidupku bukan hanya miliku seorang…”
“Namaku Risa. Aku bisa
melihat “mereka”. Dan “mereka”,
sesungguhnya, hanya butuh didengar.” – Risa Saraswati
Buku
ini menceritakan tentang persahabatan Risa dan kelima sahabatnya yang berbeda
dimensi lain. Awal pertemanan mereka saat Risa yang saat itu masih kelas 5 SD,
dia baru saja pindah dari desa ke kota Bandung. Risa tinggal bersama nenek dan
sepupunya di sebuah rumah peninggalan Belanda. Di rumah inilah Risa memulai
persahabatannya dengan lima anak hantu Belanda yang bernama Peter, Hans,
Hendrick, William dan Janhsen.
Sejak
saat itulah mereka berteman akrab hingga
menjalin persahabatan berbeda dimensi. Hingga akhirnya persahabatan Risa dengan
kelima anak hantu Belanda itupun berjalan satu tahun, Risa mulai sadar dan
mendapati bahwa sahabat yang setiap hari diajaknya mengobrol itu hanyalah
seonggok tulang belulang tanpa kepala yang bisa menapak di tanah dan mereka
berbeda dimensi. Namun, Risa tidak mempersalahkan soal itu. Walaupun Risa dan
kelima hantu Belanda itu berbeda dimensi, mereka tetap sahabat.
Mereka
berlima hadir membawa warna-warna pelangi tidak hanya hitam ataupun putih. Mereka membawa kebahagiaan dan
keceriaan dalam hidupnya. Risa berusaha menjadi pendengar yang baik untuk
kelima sahabat hantunya. Kebanyakan dari mereka bercerita tentang kesedihan
yang dibuat oleh penjajah Jepang. Terkadang mereka menunjukan ekspresi kemarahan,
sedih, menangis tanpa air mata bahkan terkadang menunjukan wujud yang sangat
mengerikan. Tetapi, Risa tidak sama sekali takut. Risa berfikiran positif dan
mengambil hikmah dari kejadian yang dialami oleh kelima sahabat hantunya itu.
Sudah
beberapa tahun Risa dan kelima sahabatnya menjalin persahabatan. Dan saat
itulah persahabatan Risa sedang diuji. Risa yang ketika itu masih belia.
Membuat janji terhadap Peter. Risa berjanji mengakhiri hidupnya agar bisa hidup
selamanya bersama kelima sahabat hantunya. Risa berusaha menepati janjinya
dengan melakukan percobaan bunuh diri sebanyak tiga kali. Mulai dari menyayat
tangannya dan meminum obat – obatan warung dalam dosis yang cukup banyak. Tapi
usaha yang di lakukan Risa selalu gagal.
Risa
pun menyesal karena telah melanggar janji yang dia buat bersama Peter. Alhasil,
Peter pun marah besar dan mengajak empat sahabat Risa pergi meninggalkan Risa
dan merekapun tak pernah muncul lagi dihidup Risa selama belasan tahun.
Selama
ditinggal kelima sahabat hantunya, Risa encoba menyibukan dirinya dengan
kehidupan nyatanya. Tapi tak jarang Risa bertemu dengan sahabat – sahabat hantu
lainnya seperti Samantha, Ardiah, Teddy, Edwin, Jane, Sarah, Elizabeth dan
Kasih. Tak sedikit dari mereka meminta bantuan kepada Risa untuk menemukan
keluarga ataupun kekasih yang mereka cari. Sesungguhnya Risa sangat rindu
terhadap kelima sahabat kecil hantunya itu.
Hingga
Risa dewasa kelima sahabatnya itu tidak
pernah menapakkan batang hidungnya lagi. Sampai saat itu tiba, ketika Risa sedang
rekaman lagu untuk albumnya. Kelima sahabat Risa muncul dan memberikan Risa
dukungan. Bahkan sampai novel ini di tulis kelima sahabat Risa menemani setiap
hari.
Buku ini sangat menarik dengan tema horror meskipun tak
begitu menakutkan. Bahkan buku ini mengajarkan kita bahwa hantu juga memiliki
sisi manusiawi ketika ia masih hidup. Kisah mereka pun patut di jadikan koreksi
hidup kita kedepannya. Tapi percaya atau tidak terhadap kisah hantu yang Risa
tuliskan itu kembali ke diri sendiri. Seperti yang dikatakan Risa “tidak perlu
mempercayai keberadaan mereka, karena mereka hanya butu didengar”