Hey Monkeey!

Rabu, 08 Mei 2013

Untitle poem

Aku begitu menyayangimu walaupun aku tahu kau tak peduli.
Aku masih terus merindukanmu walaupun aku tahu kau terus menjauh.
Aku tak kan sanggup menghapus segala bayangmu.
Kebahagiaan saat bersamamu kini berubah... menjadi kesedihan atas kehilanganmu.
Mengapa dirimu selalu ada dalam pikiranku?
Mungkin salahku juga terlalu mencintaimu sepenuh hatiku.
Kuratapi kisahku dengan air mata.
Kurenungi kisah kita dengan tangis sendu.
Hati ini terlalu sakit karena cintamu.
Serpihan demi serpihan luka kurasa.
Kepingan demi kepingan tentang kita kuingat.
Semakin ku kenang, semakin hancur hati ini.
Tapi mengapa?
Sampai sekarang aku masih bisa mencintaimu?
Bilur - bilur luka meleleh.
Harapan cinta mengentah.
Mencoba membudaki tangis dan menghapus air mata dipipi.
Mengapa luka ini membuatku makin cinta?
Kapankah air mata ini menjadi air mata yang bening dan tak keruh?
Kapankah derai tangisku terhenti... menjadi setetes dan terakhir.
Seharusnya tak perlu aku tangisi.
Harusnya aku kuat.
Seharusnya aku tak perlu pertaruhkan air mata ini hanya demi satu kenangan dan masa yang telah pergi.
Tapi mengapa?
Mengapa sampai sekarang tak bisa melupakannya?
Mengapa terus jatuh dan menumpah air mata yang perihkan hati ini?
Hati ku sekarang menjadi perasa.
Air mata ini jatuh... jatuh untuk cinta yang telah mengabaikanku.
Mataku yang menjadi saksi bagaimana air mataku jatuh untuknya.
Air mataku terus jatuh dan menderai.
Terlu lama menetes dan terus menumpah.
Aku sensiri bersama keluh kesahku yang tenggelam bersama suara tangisku.
Bersama serpihan hati yang akan kubawa sampai aku mati......................